1.
Bahasa
dan filsafat adalah dua entitas yang berbeda, tetapi memiliki keterkaitan. Jelaskan
keterkaitan antara bahasa dan filsafat!
Bahasa dan
filsafat seperti berjalan berpapasan mengikuti arus sesuai dengan peralihan
dari siang ke petang, dari hari kemarin ke hari esok. Seseorang akan mampu
berfilsafat jika bahasa itu ada. Begitu juga dengan adanya bahasa, seseorang
itu akan berbahasa sesuai dengan hasil penalaran, proses kerja otak dan
menhasilkan pengetahuan yang diolah melalui filsafat. Jadi bahasa dan filsafat
merupakan dua sejoli yang tidak terpisahkan.
Plato mengatakan
bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli
dan murni. Objek kajian filsafat untuk dicari kebenarannya adalah segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada di sekitar manusia. Segala sesuatu yang
ada berarti segala yang dapat diamati secara empiris. Disiplin bahasa juga
mencari kebenaran berdaarkan data atau fakta empiris karena data empirislah
yang menjadi dasar untuk menyatakam kebenaran ilmiah setelah melalui penelitian
dengan menggunakan metode tertentu.
Jadi untuk mencari kebenarannya, bahasa
sangat bersandar pada data empiris. Sedangkan filsafat yang juga berupaya
mencari hakikat bahasa yang seluas-luasnya berdasarkan pada pemikiran
filsafati. Karena filsafat berupaya untuk memahami hakikat bahasa
sedalam-dalamnya, maka apa yang dibicarakan bahasa juga termasuk dalam
pembicaraan filsafat.
2.
Jelaskan
bahasa sebagai sistem tanda!
Tanda adalah
sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu
sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari ikon, simbol, dan indeks. Ikon
merupakan tanda yang terjadi karena adanya kemiripan, misalnya foto dan patung.
Simbol yaitu tanda yang muncul karena adanya kesepakatan. Sedangkan ikon
merupakan tanda yang terjadi karena ada sebab akibat, misalnya mendung yang
menjadi tanda bahwa akan turun hujan.
Menurut de
Saussure, setiap tanda bahasa dibangun oleh dua buah komponen, yaitu (1)
komponen signifiant, yang
mengartikan, yang menandai atau penanda, yang berwujud bunyi atau runtunan
bunyi bahasa; dan (2) komponen signifie,
yang diartikan, yang ditandai atau petanda, yang berupa konsep yang terkandung
di dalam signifiant itu. Jadi tanda
bahasa atau sign linguistique berupa
bunyi atau runtunan bunyi bahasa beserta konsep makna yang ada di dalamnya.
3.
Amati
fenomena bahasa di sekitarmu lalu hubungkan dengan konsep kelemahan dan
kelebihan bahasa!
Fenomena bahasa
yang saya ambil terkait dengan peraturan yang ada di masyarakat umumnya. Saya mengambil
contoh kalimat “MOHON MA’AF TIDAK PARKIR MOTOR DI SEPANJANG TROTOAR INI
MENGHALANGI !!!”
Jika dilihat dari
kelebihan bahasa, kalimat ini merupakan kalimat persuasif yang mengajak
pengguna kendaraan berotor untuk tidak parkir sembarang di trotoar agar tidak
menghalangi para pejalan kaki, tetapi jika dilihat segi keterbatasan bahasa,
kalimat ini memiliki kelemahan. Tidak adanya tanda baca sebagai penjeda
antarkata, membuat kalimat ini menjadi ambigu. Jika diteliti lagi, saat mebaca
bagian “TIDAK PARKIR MOTOR DI SEPANJANG TROTOAR INI MENGHALANGI”, kita akan
berpikiran bahwa harus memarkir motor di sepanjang trotoar. Apabila tidak
memarkir motor di sepanjang trotoar, akan menghalangi. Alangkah lebih baiknya
jika kata tersebut diganti menjadi “DILARANG PARKIR MOTOR DI SEPANJANG TROTOAR
INI!”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar