Rabu, 30 November 2016

KEMENANGAN TIM RUGBY UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Jika mendengar kata “Rugby”, apakah yang ada di dalam pikiran Anda? Bola lonjong, permainan ekstrem, pelari kencang? Atau bahkan ada yang tidak tahu rugby?

Rugby merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat keras dan dapat terbilang ekstrem. Rugby atau permainan bola lonjong ini penuh dengan taktik-taktik berbahaya yang dapat membuat anggota tubuh cedera, babak belur, hingga tulang patah. Untuk mengurangi cedera-cedera yang mungkin akan datang, diperlukan latihan yang keras dan sungguh-sungguh agar otot kuat.

Olahraga ini sangat populer di negara Australia, Kanada, Afrika Selatan, beberapa negara Eropa, Jepang serta negara Oceania seperti New Zealand, Samoa dll. Mengapa Indonesia tidak? Di Indonesia memang ada rugby, tapi belum terlalu populer seperti sepak bola.

Meski ini merupakan olahraga yang berbahaya, di negara-negara yang populer dengan rugby, tidak hanya pria yang dapat memainkan olahraga ini, wanita pun bisa. Tidak terkecuali di Indonesia. Kini, di negara kita tercinta sudah banyak tim-tim olahraga rugby, salah satunya di Universitas Negeri Jakarta. Universitas ini memiliki tim rugby yang terdiri atas tim putra dan tim putri.

Apakah di benak Anda sudah terbayang seperti apa permainan rugby? Ya, cara bermain rugby negara lain yang saya lihat di televisi, benar-benar ekstrem. Mereka melempar bola dengan tenaga penuh menuju teman satu tim, lalu yang mendapat bola nantinya akan dikejar oleh tim lawan. Jika ia tak punya kecepatan dalam berlari, ia akan tertangkap dan langsung ditindih oleh tim lawan.

Tekniknya tidak jauh beda dengan yang ada di Indonesia, khususnya tim dari Universitas Negeri Jakarta. Dalam final Kejuaraan Nasional Rugby antar Perguruan Tinggi ke-3 2016 yang diadakan pada tanggal 19 November 2016 lalu, UNJ menjadi tuan rumah. Permainan mereka pun tak jauh beda dengan cara bermain tingkat internasional. Tak heran jika akhirnya tim putra dan putri UNJ memenangkan permainan tersebut.


Rugby Universitas Negeri Jakarta
Saat final Kejuaraan Nasional Rugby antar Perguruan Tinggi ke-3 2016, tim rugby UNJ menurunkan dua tim putra dan satu tim putri. Meski pelatih tim putra dan tim putri berbeda, teknik yang mereka lakukan tetap sama. Kekuatan, kecepatan, dan sportivitas sangat mereka junjung tinggi.

Pertandingan yang dilaksanakan di Kampus B, UNJ ini, dihadiri oleh beberapa tim universitas lain yang masuk ke babak final, yaitu Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Kristen Indonesia (UKI), dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Interstudi.

Selain UNJ, UNY juga menurunkan dua tim putra. Sedangkan tim putri masing-masing perguruan tinggi hanya menurunkan satu tim. Tim putri yang melanjutkan ke babak final hanya tim dari UNJ, UNY, dan UKI.

Dua tim putra UNJ melawan tim putra dari UPJ, UPI, UKI, STIKOM Interstudi, dan dua tim putra UNY. Sedangkan tim putri UNJ bertanding melawan tim putri UNY dan UKI.

Tim putra UNJ sudah yakin kalau salah satu timnya akan memenangkan kejuaraan ini, mengingat lawan mereka tidak mudah dikalahkan dan tidak hanya satu tim. Sama seperti tim putri UNJ, meski lawan mereka hanya dua tim, tapi itu tidak mudah untuk mereka. Strategi yang dilakukan pun bukan strategi yang sangat terencana.

“Kalau tim putra saya kurang tahu strategi khusus apa yang mereka gunakan karena tim putra dan putri berbeda pelatihnya. Kalau tim putri sendiri tidak ada strategi khusus, kami hanya melihat cara permainan mereka. Beruntung kami saat pertandingan ada di urutan belakang, jadi kami dapat membaca permainan tim lawan,” jawab Alva, salah satu anggota tim putri rugby UNJ, saat ditanyai tentang strategi yang mereka gunakan.

Memang, saat pertandingan berlangsung, baik tim putra maupun tim putri UNJ tidak sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka mengamati permainan lawan dengan seksama. Sesekali mereka berdiskusi tentang apa yang dilihat untuk menyusun strategi.

“saat tim putri UNY sedang bertanding melawan tim putri UKI, kami mengamati agar tahu cara yang tepat untuk memenangkan pertandingan melawan mereka. Seperti tim putri UKI misalnya, mereka sangat kuat tapi masih ragu-ragu dan kurang dalam kecepatan berlari. Jadi kami mengambil kesempatan untuk menurunkan anggota yang punya power kuat dan berbadan besar agar dapat menyeimbangkan kekuatan mereka. Sedangkan tim putri UNY memiliki strategi permainan yang rapat sehingga tidak memberi celah pada lawan dan kecepatan mereka dalam berlari patut diakui kebenarannya. Jadi tim kami menurunkan anggota yang berbadan kecil dan dapat berlari cepat agar dapat menembus permainan mereka yang cenderung rapat,” lanjut Alva.


Kemenangan Tim Universitas Negeri Jakarta
Dengan menggunakan strategi tersebut, dapat diakui tim dari UNJ memang terlihat kuat. Pelatih tim juga yakin dengan memakai strategi seperti itu, mereka dapat memenangkan permainan.

Dalam pertandingan, tim-tim dari UNJ maupun universitas lain memang tidak secepat dan sekuat tim internasional yang saya lihat di televisi. Tapi saya sangat kagum dengan pemain rugby di kejuaraan tersebut yang memiliki kekuatan dan kecepatan berlari serta sportivitas yang tinggi. Mereka tidak khawatir dengan kondisi mereka nantinya.

Keyakinan juga ada pada tim UNJ. Mereka tidak memikirkan bagaimana keadaan mereka setelah bertanding karena persiapan mereka sudah dapat dikatakan sangat cukup. Akhirnya UNJ menjadi pemenang dalam kejuaraan tersebut.

Kemenangan yang diraih tim rugby UNJ antara lain:
1.      Juara 1 posisi winner cup putri
2.      Juara 1 posisi winner cup puttra
3.      Juara 3 posisi winner bowl putra

Tim rugby UNJ berharap semoga ini bukan kemenangan terakhir mereka raih. Mereka akan terus berlatih hingga dapat menjadi tim rugby yang ditakutkan tim lawan manapun sehingga dapat mengharumkan nama Universitas Negeri Jakarta dan menjadi tim internasional.

Rabu, 18 Mei 2016

UTS Filsafat Bahasa

1.      Bahasa dan filsafat adalah dua entitas yang berbeda, tetapi memiliki keterkaitan. Jelaskan keterkaitan antara bahasa dan filsafat!
Bahasa dan filsafat seperti berjalan berpapasan mengikuti arus sesuai dengan peralihan dari siang ke petang, dari hari kemarin ke hari esok. Seseorang akan mampu berfilsafat jika bahasa itu ada. Begitu juga dengan adanya bahasa, seseorang itu akan berbahasa sesuai dengan hasil penalaran, proses kerja otak dan menhasilkan pengetahuan yang diolah melalui filsafat. Jadi bahasa dan filsafat merupakan dua sejoli yang tidak terpisahkan.
Plato mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Objek kajian filsafat untuk dicari kebenarannya adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada di sekitar manusia. Segala sesuatu yang ada berarti segala yang dapat diamati secara empiris. Disiplin bahasa juga mencari kebenaran berdaarkan data atau fakta empiris karena data empirislah yang menjadi dasar untuk menyatakam kebenaran ilmiah setelah melalui penelitian dengan menggunakan metode tertentu.
Jadi untuk mencari kebenarannya, bahasa sangat bersandar pada data empiris. Sedangkan filsafat yang juga berupaya mencari hakikat bahasa yang seluas-luasnya berdasarkan pada pemikiran filsafati. Karena filsafat berupaya untuk memahami hakikat bahasa sedalam-dalamnya, maka apa yang dibicarakan bahasa juga termasuk dalam pembicaraan filsafat.

2.      Jelaskan bahasa sebagai sistem tanda!
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari ikon, simbol, dan indeks. Ikon merupakan tanda yang terjadi karena adanya kemiripan, misalnya foto dan patung. Simbol yaitu tanda yang muncul karena adanya kesepakatan. Sedangkan ikon merupakan tanda yang terjadi karena ada sebab akibat, misalnya mendung yang menjadi tanda bahwa akan turun hujan.
Menurut de Saussure, setiap tanda bahasa dibangun oleh dua buah komponen, yaitu (1) komponen signifiant, yang mengartikan, yang menandai atau penanda, yang berwujud bunyi atau runtunan bunyi bahasa; dan (2) komponen signifie, yang diartikan, yang ditandai atau petanda, yang berupa konsep yang terkandung di dalam signifiant itu. Jadi tanda bahasa atau sign linguistique berupa bunyi atau runtunan bunyi bahasa beserta konsep makna yang ada di dalamnya.

3.      Amati fenomena bahasa di sekitarmu lalu hubungkan dengan konsep kelemahan dan kelebihan bahasa!

Fenomena bahasa yang saya ambil terkait dengan peraturan yang ada di masyarakat umumnya. Saya mengambil contoh kalimat “MOHON MA’AF TIDAK PARKIR MOTOR DI SEPANJANG TROTOAR INI MENGHALANGI !!!”
Jika dilihat dari kelebihan bahasa, kalimat ini merupakan kalimat persuasif yang mengajak pengguna kendaraan berotor untuk tidak parkir sembarang di trotoar agar tidak menghalangi para pejalan kaki, tetapi jika dilihat segi keterbatasan bahasa, kalimat ini memiliki kelemahan. Tidak adanya tanda baca sebagai penjeda antarkata, membuat kalimat ini menjadi ambigu. Jika diteliti lagi, saat mebaca bagian “TIDAK PARKIR MOTOR DI SEPANJANG TROTOAR INI MENGHALANGI”, kita akan berpikiran bahwa harus memarkir motor di sepanjang trotoar. Apabila tidak memarkir motor di sepanjang trotoar, akan menghalangi. Alangkah lebih baiknya jika kata tersebut diganti menjadi “DILARANG PARKIR MOTOR DI SEPANJANG TROTOAR INI!”.