Pernah nggak sih tiba-tiba mantan menghubungi lagi? Tiba-tiba ya. Saat kita sedang asyik-asyiknya menjalankan rutinitas seperti biasa, dering handphone membuat mata terbelalak seketika karena ada pesan "Hai, lagi apa?" di layar handphone. Mantan, iya mantan. Orang yang dulu pernah membuat hidup kita melayang-layang, berbunga setiap hari, ya intinya yang senang-senang deh. Dia datang dengan "Hai" setelah sekian lama sudah tidak ada kabar satu sama lain. Senang, sedih, marah, heran, kesal, bingung, atau bagaimana perasaan kalian jika itu yang kalian rasakan?
Senang, mungkin untuk kalian yang belum bisa move on merasakan hal ini. Pasti senang karena akhirnya orang yang masih kalian sayang menghubungi lagi.
Sedih, untuk kalian yang sudah berusaha move on tiba-tiba usaha kalian digagalkan dengan sepucuk "Hai".
Marah dan kesal, pasti kalian yang sudah move on 99,99989% akan marah saat melihat kalimat "Hai, lagi apa?" secara tiba-tiba. Kenapa marah? Karena belum sepenuhnya move on. Usaha itu tinggal sedikit lagi dan kalian tidak ingin gagal hanya karena "Hai, lagi apa?".
Heran dan bingung, ini sudah pasti dirasakan oleh orang-orang yang sudah berhasil move on 1000000000%. Tentu saja heran, nggak ada angin, hujan, badai, atau pun salju tiba-tiba ada pesan singkat "Hai, lagi apa" dari mantan. Pasti yang ada di pikiran orang-orang heran ini begini, "Lah, apaan deh? Tumben amat? Ngapain coba?". Ya kan? Ya nggak sih?
Ini hanya sepenggal cerita tidak penting yang tidak wajib untuk dibaca.
Beberapa waktu lalu, aku sedang asik bersantai di dalam mobil menunggu ibuku yang sedang menghadiri pernikahan saudaraku yang aku pun tak tahu nama daerah itu. Karena saat itu aku bosan, aku lebih memilih keluar dan menunggu di mobil. Ya, menunggu dan menunggu. Aku hanya mendengarkan suara penyiar radio memutarkan lagu-lagu yang sedang hits dari radio dalam mobil. Selain mendengarkan radio, aku juga mengobrol dengan teman-temanku via media percakapan masa kini, yaitu Line. Saat aku sedang bernyanyi-nyanyi dengan asiknya, handphoneku berbunyi menandakan ada chat Line. Seketika aku berpikir itu dari teman-temanku, ternyata saat aku membukanya, betapa terkejutnya aku saat itu juga. Sesungguhnya aku tak mengharapkan melihat nama itu muncul di layar handphoneku lagi, tapi takdir berkata lain. Aku melihat isi chat yang berbunyi, "Hai, lagi apa?" di layar handphoneku. Pesan itu terpampang nyata dan jelas. Ya, pesan itu aku dapatkan dari mantanku. Orang yang dahulu pernah menjadi alasanku untuk menyambut setiap hari dengan senyuman yang indah. Orang yang dahulu selalu membagi kebahagiaannya denganku. Orang yang dahulu selalu menghiburku di kala aku sedang tidak ingin diganggu. Orang yang............. pernah menggoreskan luka di hati ini.
Jujur, aku sudah tak mengharapkannya kembali lagi, bahkan hanya untuk menanyakan kabarku. Aku sudah menganggapnya hilang. Hilang dari permukaan bumi. Untuk melihat wajahnya saja aku sudah tidak ingin. Bukan, bukan karena aku masih sakit hati atau belum move on. Aku hanya ingin memulai kehidupan baruku yang benar-benar baru, tanpa mengungkit masa lalu. Memang benar masa lalu adalah pelajaran, dan aku membenarkan itu semua, sampai-sampai aku sudah tidak mudah percaya lagi pada siapa pun. Mungkin aku trauma atau phobia, entahlah. Ada salah satu teman yang mengatakan kalau aku menderita Pistanthrophobia yaitu ketakutan untuk percaya pada orang lain yang biasanya disebabkan trauma pada hubungan di masa lalu. Ia juga mengatakan orang Pistanthrophobia ini selalu penuh rahasia dan sering curiga terhadap orang lain. Oke, pembahasan phobianya cukup.
Saat aku melihat layar handphoneku ada pesan seperti itu, aku hanya mengernyitkan dahi dan berkata, "Hah?" tanpa dapat berkata apa-apa lagi. Sesungguhnya di otakku terdapat banyak pertanyaan yang menggambarkan keherananku dengan apa yang aku lihat itu, tapi entah mengapa aku hanya dapat mengeluarkan bunyi, "Hah?". Aku heran, bingung, tak mengerti, dan...... Ah, susah untuk dideskripsikan! Setelah sekian lama tidak ada kabar, kali ini ia mengirim pesan dengan sapaan dan menanyakan kegiatan yang aku lakukan saat itu juga. Entah, ia berpikir atau tidak saat ia mengirimkan pesan itu. Ingin ku maki rasanya tepat di depan wajahnya. Sengaja aku membalas pesan itu cukup lama. Aku sudah lelah tertipu dengan segala akal bulusnya dan permainannya yang sangat mengagumkan. Sekarang aku ingin berhati-hati sekali pun dengan orang lain. Mungkin aku (sok) selektif, tapi percayalah, jika kalian merasakan apa yang aku rasakan, kalian pasti akan bertindak sama sepertiku. Orang-orang yang ada di dekatku harus mengerti akan phobia yang aku alami ini. Kalau memang malah membuat risih, tidak nyaman, atau bahkan ilfeel, ya silakan menjauh dan aku tidak akan melarang karna itu bukan hakku. Aku yakin, Tuhan punya sejuta rencana baik untukku di masa depan.
Ingin tahu kiriman balasanku? Kira-kira seperti ini percakapan kita.
"Hai, lagi apa?"
"Lagi duduk."
"Ga pergi? Kan hari libur."
"Ini lg pergi."
"Ohehe kuliahnya gmn?"
"Ya gitu."
"Gitu gmn? Gampang ya?"
"Nggaklah."
"Hmm tan, kamu sehat kan?"
"Knp sih?"
"Kenapa apanya?"
"Knp kamu masih hubungin aku? Bikin sakitnya masih kurang?" (Maaf disini emosi saya meledak)
"Aku gatau harus cerita ini ke siapa lagi, yg pasti ga mudah untuk buang permata gitu aja"
"Trus?"
"Maafin aku."
"U're liar! I don't need your drama, thanks."
"I'm sorry, but I miss u. Semoga kamu lebih baik sekarang dengan kehidupan kamu yg baru, kamu pasti udah bahagia sama orang yg selalu bikin kamu seneng skrg. Aku jg ikut seneng kalo kamu seneng."
Pesannya yang terakhir aku sengaja tidak membukanya terlalu cepat, dan aku tahu pasti ia tahu itu. Lalu aku mengganti foto cover Lineku dengan tulisan You're a liar ini.
Aku yakin ia melihat saat aku mengganti cover Line di timeline Line, dan aku yakin ia sadar bahwa itu untuknya. Entah hanya ia yang merasa atau ada orang lain juga, aku tidak peduli. Aku hanya ingin meluapkan kekesalanku dengan tulisan itu. Tentu saja kekesalanku pada orang tak tahu diri yang telah menghilang menyisakan luka, kemudian datang tiba-tiba seperti orang tak berdosa. Aku tidak membalas pesan terakhirnya itu. Langsung ku hapus ia dari daftar percakapanku di Line. Aku sangat sudah tak peduli dengan segala hal yang berbau dirinya, termasuk untuk semua kenangan kami di masa lalu.
Jadi, apa yang kalian lakukan jika 'si mantan' menghubungi secara tiba-tiba? Senang, sedih, marah, heran, kesal, bingung, atau ada perasaan lain? Hoho control your emotions, guys!