Sabtu, 15 Maret 2014

Kita.

Ratusan hari sudah kita lewati. Tidak ada yang terlalu lama, ataupun terburu-buru. Seharusnya seperti itu kan? Seimbang. Ratusan hari sudah kita jalani. Tepat di detik pertama kamu menemukanku, skenario Tuhan mulai berjalan dengan luar biasa. Tepat di detik pertama kamu mengetahui namaku, seolah-olah ada sebuah izin yang aku kantongi untuk mengenalmu lebih jauh. Tepat di detik pertama percakapan kita tercipta, ada alur lincah yang menari untuk membuat kita tetap terjaga dalam kata. Tepat di detik pertama, kamu memulai segalanya. Tepat di detik pertama, ada rahasia manis milik semesta yang tak pernah bisa diterka oleh kepala.

Ratusan hari sudah berlalu dari pandangan, namun doa-doa masih terus dipanjatkan untuk sebuah kebahagiaan. Ratusan hari sudah pergi dari lintasan, hingga akhirnya aku bersyukur kalau kita telah dipertemukan. Ratusan hari pernah kita cicipi. Dan kini, dengan mudah kamu menciptakan rona di pipi. Dengan mudah kita melupakan tentang hal-hal pahit yang sempat meretakkan hati, yang pernah hadir lewat spion masa lalu. Ratusan hari sudah kita tapaki, namun masih ada ketidakpastian tentang isi hati. Tentang bagaimana perasaan kita yang sebenar-benarnya. Satu yang aku tahu, kita adalah racikan sederhana yang telah Tuhan rencanakan. Racikan bernama kebahagiaan. Racikan yang mampu menarik lekuk-lekuk senyum siapapun yang beredar di sekeliling kita. 

Permulaan itu aku garisbawahi dengan tebal. Percakapan itu kucatat berulang-ulang. Ada sesuatu yang belum aku miliki, sudah kusyukuri, namun enggan kulepaskan. Entah kapan aku bisa dengan lantang bahwa kamulah satu-satunya. Bahwa segala sesuatunya terasa luar biasa, sesederhana ketika kamu ada. Namun, sejak bertemu denganmu, pemikiranku berubah seratus delapan puluh derajat. Ada hati yang semakin dewasa, semakin mengerti, semakin paham untuk mengolah cinta. Ada hati yang lebih tegar, lebih mempercayai bahwa Tuhan lebih ahli merencanakan segala sesuatunya. Ada hati yang libur panjang untuk bersedih dan ada hati yang sudah tak ingin khawatir terhadap apapun. Karena ia percaya, segalanya akan baik-baik saja.

Aku bermimpi memiliki satu hari yang tak pernah habis kujalani bersamamu. Satu hari yang tak pernah selesai. Satu hari yang menggandeng hari-hari lain untuk mengikat kita dalam doa. Menjaga kita dari kekecewaan. Menghindarkan kita dari luka. Satu hari yang membebaskan degala rasa takut. Karena bersamamu, itulah inginku. Mulailah terus mengirimkan bahagia. Ciptakanlah terus hal-hal manis agar kepalaku tak bosan mengingatnya. Mulailah jadi yang pertama melakukan segalanya untukku. Mulailah segalanya tanpa sebuah akhir. Mulailah di waktu yang tepat, di detik yang Tuhan izinkan. Aku akan menunggu, jika kamu memperbolehkannya.
Aku memelukmu dalam doa.